kita pacaran setelah nikah saja


  Kadang gue mengharapkan cewek yang beeeeeegitu sempurna. Cantik, pinter, kaya, setia dan yang paling utama adalah sholehah. Melihat avril, kayanya dia baru sampai taraf cantik dan pinter doang. Sebenernya gue gak mau menilai dia baik atau gak baik. Gue hanya ingin mengatakan saja, mungkin dia begitu karena emang gue belum baik. Dan bicara tentang cewek sempurna, akankah gue mendapatkannya. Gue selalu berpikir, jika seandainya gue mendapatkan cewek yang bisa dikatakan gak sempurna. Gue akan memvermak dia habis-habisan untuk menjadi seorang yang gue harapkan. Tapi disisi lain gue juga akan mengubah dia menjadi seorang yang bukan dia, syukur-syukur kalau dia rela gue modifikasi. Kalau enggak, berarti hidup dia akan penuh dengan keterpaksaan. Terbukti saat avril gue suruh memakai kerudung, dia menggubris permintaan gue sekali saja. Sisanya dia berpegang teguh akan keyakinannya. Pamer ketek lagi.
Dengan begitu, gue gak ada alasan lagi buat ngelepas dia. Melalui tulisan ini, gue menyatakan diri bahwa gue sudah bebas dari belenggu hubungan tanpa ikatan. Gue gak mau anak gue nyalahin bapaknya hanya karena salah memilih ibunya. Gue jadi teringat ucapan Syaikh Ali Jabeer bahwa nikah bukan sekedar mengesahkan hubungan seksual, tapi lebih kepada jalinan suci yang bertujuan mengemban amanat yang akan datang kelak, yaitu anak. 'anak sholeh itu' kata ustadz fikri haikal 'tidak diciptakan dengan hanya avra kedavra dan sim salabim, tapi harus dimulai dengan langkah-langkah yang memang dibenarkan oleh syariat'. 'bagaimana anak mau sholeh, kalau awalnya saja sudah dimulai dengan cara-cara yang tak dibenarkan oleh syari'at' demikian syekh ali berujar.

Namun yang namanya syaithon, menggoda itu gak pernah ada habisnya. Apalagi bagi gue si ababil dengan mental yang empuk. Membuat syaithon gak perlu berjuang keras untuk ngegoda gue. Dengan syaithon yang menjabat kelas hansip aja, gue sudah takluk akan godaan. Itupula yang kadang ngebuat gue bangga dapetin si avril. Dan mulai sekarang, gue sudah bebasin dia untuk memilih. Tetap dengan gue, atau pilih yang lain. Bila mau dengan gue itu artinya dia harus bisa merubah penampilan terlebih dahulu, karena itu syarat mutlak. Gue gak mau hidup gue nanti jadi repot hanya karena ngurusin penampilan dia, oleh karena itu sebisa mungkin gue benerin hal itu dari sekarang, agar suatu saat gue hanya fokus pada hal lain yang lebih penting saja.
Gue gak mau main-main lagi dengan istilah pacaran, nembak, pedekate, sms gak jelas, nguber-nguber cewek. Saat ini gue hanya ingin mikirin gue yang sekarang, agar dapat maju di kemudian hari. Mengingat gue dulu, kadang gue senyum sendiri. Pertama dimulai dengan pandangan pertama yang begitu nusuk ke pelupuk mata, lalu turun ke hati terus naik lagi ke bibir untuk menyatakan 'I  LOVE  U' dan surprise, misalnya gue diterima (karena kebanyakan ditolak sob). Abis itu ngapain? Apel? SMS an? Janjian? Mesra-mesraan di jejaring sosial? Nyampe niat banget untuk sekelompok dengan dia? 'huuuh' lap jidat banget. Indah sih, cuma buat apaan? Karena kebanyakan kemesraan pacaran itu kebanyakan putus ditengah jalan, dan kalo sampai nikahpun gak akan terlalu berasa istimewa. Karena sebagian kemesraan itu telah amat biasa dilakukan saat pacaran. Dan tragisnya, sudah lama pacaran tapi nikahnya bukan sama pacar. Tapi justru sama tetangga, atau seseorang yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Dan cukuplah avril sebagai contoh. Walaupun semenjak gue bilang suka padanya, gue belum pernah liat wajahnya secara langsung. Gue hanya ingin berfokus pada tujuan gue saat ini. Gue hanya ingin bersyukur pada posisi gue sekarang ini. Tanpa ada gangguan memikirkan seseorang yang belum layak dipikirkan. Saat ini, gue hanya membayangkan pacaran setelah pernikahan. Gue hanya ingin berpacaran sama istri gue, dan bukan sama calon istri gue. Gue hanya ingin berbagi suka dan duka hanya sama istri gue dan bukan pada calon istri gue. Bila saja sekarang ada yang ngajak gue pacaran, gue akan lantang menjawab 'gue hanya akan berpacaran setelah menikah' kalo anda berpikir bahwa pacaran adalah pengenalan sebelum menikah, oke itu hak anda untuk memberikan definisi, silahkan saja anda menyamarkan konsep taaruf untuk melegalkan pacaran, karena kebenaran suatu saat akan dibuktikan.
Gue gak akan takut dibilang kuper, jomblo, gak gaul. Karena sekarang gue sadar, penilaian itu bukan datang dari makhluk. Dan perlu gue tekankan, bahwa tulisan ini bukan manifestasi kegagalan gue dalam berjuang mengejar cewek. Ini hanyalah sebait kesadaran pemikiran gue yang selama ini telah buta. Buta karena cinta yang gak pernah jelas juntrungannya. Kadang sering terbayang, begitu gentle nya gue bila suatu saat, gue yang telah jadi manusia utuh datang ke rumah cewek yang gue suka, dengan langkah tegap dan suara tegas gue bilang 'pak, saya hendak meminang putri bapak'. Bukan dengan cara ngajak cewek ke warung remang-remang dan dengan modal mawar layu terus bilang 'beb, mau gak jadi pacar aa?'