Dominasi Perasaan dalam Memandang Sebuah Permasalahan

Kamu nggak punya perasaan! Teriak seorang wanita pada seorang pria dalam sebuah kesempatan yang saya dengar. tampaknya kedua orang ini sedang bertengkar cukup hebat di pinggir sebuah jalan yang ada di Kota Malang dalam sebuah malam. kedua orang yang sedang bersitegang ini sebenarnya bukanlah pejalan kaki karena tidak jauh dari tempat mereka bertengkar tersebut terparkir sebuah motor yang tadi digunakan oleh sang pria dan wanita. namun mereka mendadak berhenti untuk memperjelas pertengkaran mereka. Saya sendiri tidak berada tidak jauh dari mereka ketika momen ini terjadi karena disaat yang sama saya sedang berhenti sejenak untuk membalas beberapa sms yang masuk di Handphone saya. sambil membalas sms yang masuk tadi itulah mendadak perbincangan mereka terdengar sampai ke telinga saya. Senyum kecil pun mengembang sesaat dan kemudian saya berpikir "ini dia bahan tulisan saya". dan setelah itu saya pun berlalu meninggalkan kedua orang yang tadi bertengkar itu karena menurut saya isi pertengkaran mereka bukanlah sesuatu yang penting bagi diri saya dan tidak perlu diekspos lebih jauh. yang butuh diekspos lebih jauh adalah apa yang saya dapatkan dari momen sejenak tadi :)
        Dalam sebuah pertengkaran atau perdebatan antara pria dan wanita entah itu mereka memiliki hubungan teman,sahabat,pacar,saudara atau apapun saya sering mendengar kata-kata "kamu gak punya perasaan" ini. lazimnya kata-kata ini ditujukan kepada sang pria nya. karena sang wanita merasa bahwa si pria tidak mampu memahami perasaan sang wanita tadi. tanpa bermaksud menyudutkan para wanita, disini saya merasa bahwa para wanita sering sekali berlindung di balik kata-kata sakti tersebut untuk kemudian menyudutkan para pria dibalik ketidakmampuan mereka memahami perasaan tersebut. padahal menurut saya secara simpel, kalo sang wanita menyerang pria dengan kata "kamu gak punya perasaan" sudah seharusnya mereka menahan amarah tersebut dan menggantinya dengan pemakluman. karena orang yang tidak punya perasaan sudah pasti tidak bisa memahami perasaan wanita donk? kalo udah tau bakalan gak bisa memahami tapi kok masih maksa diminta memahami? itu artinya kan cuma mau cari ribut saja. yang ingin saya terangkan disini bukan bermaksud untuk menyudutkan kaum wanita namun hanya ingin memberikan sudut pandang lain kepada pria dan wanita untuk lain kali bisa menahan amarahnya untuk sesuatu yang menurut saya tidak perlu. 
        Seperti perdebatan tadi contohnya. yang menurut saya dapat saja dihindari ketika baik pria maupun wanitanya bisa sama-sama lebih memahami situasi dan kondisi masing-masing. karena seperti judul yang saya ungkapkan di awal, setiap manusia itu memiliki perasaannya, hanya saja tidak semua manusia itu dominan menggunakan perasaannya dalam melihat sebuah permasalahan. seperti seorang pria contohnya, lebih condong menggunakan logika ketika melihat sebuah permasalahan. Menurut wikipedia, logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. artinya adalah pria lebih cenderung melihat sebuah permasalahan dengan akal pikiran mereka,bukan dengan perasaan mereka sehingga secara alami memang hanya sedikit dari mereka yang kemudian mampu memahami perasaan seorang wanita secara utuh. Begitu juga sebaliknya dengan para pria yang tidak boleh memaksakan apa yang ada dalam pikirannya pada wanita ketika sedang di tengah perdebatan karena bagaimanapun logika berpikir yang para wanita gunakan lebih cenderung menggunakan intuisi perasaannya. dari dua sisi yang saya terangkan tadi, sudah jelas bahwa ada beda antara wanita yang cenderung menggunakan perasaan dan pria yang cenderung menggunakan logika namun perbedaan sudut pandang yang ada ini sebenarnya tidak perlu menjadi sebuah permasalahan yang terlampau jauh. Dengan pemahaman yang baik diantara kedua pihak, kedua hal yang berbeda tadi sesungguhnya akan menjadi sesuatu yang akan saling melengkapi karena bagaimanapun keadaannya, wanita dan pria memang sesungguhnya diciptakan untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan antara satu dengan yang lainnya. :)