“Jika kau bersamaku, aku tak bisa menjanjikan bahagia setiap detik, tawa sepanjang hari dan senang selama denganku, juga tak bisa menjanjikan hari-harimu akan terlewati tanpa luka, perih dan airmata. Tapi, apapun keadaanmu, disaat sedang senang, bahagia atau tertawa aku akan tertawa bersama dan jika kau sedang terluka, perih dan berairmata, aku akan menghapus airmatamu. Bersandar padaku, jika merasa lelah, gandeng tanganku jika berjalan bersamaku. Itu saja yang bisa aku katakan”.
Aku diam. Perih, luka dan airmata, memang sepaket yang bisa menghancurkan jiwaku. Meluluhlantakkan diriku. Membuatku berkubang dalam patah hati. Dan aku mengenal alur itu. Sangat. Rasa sakit yang mengalir melalui nadi menuju hati, akan menghujam dengan kejam tanpa ampun. Tapi dia benar, bahwa cinta tanpa perih, sakit dan airmata bukan cinta namanya. Dan jika bukan cinta, maka bukan kehidupan pula yang sedang kujalani.
Entahlah. Aku akan membiarkan tawaranmu membeku untuk beberapa saat. Sudah terlalu letih hati ini dengan program recovery yang seolah tak bisa berhenti. Seperti tak bisa merasa apa-apa lagi. Tapi aku tau, suatu saat nanti, program recovery akan menunjukkan hasil. Dan ketika saat itu datang, cinta dalam paket bahagia, senang, tawa, luka, perih, sedih, airmata, patah hati dan apapun itu namanya, akan aku terima dengan senyum. Karena memang seperti itulah cinta. Dan itulah yang membuatnya begitu indah.
Dan luka, silakan bermain dengan hidupku. Bercanda dengan jiwaku. Menoreh bekasmu pada luka yang lama. Tapi aku tak akan menyerah. Tidak kepada luka, kau, tuan muda, apapun, siapapun.