AKU RINDU SAHABAT

Hari ini adalah hari minggu, seperti biasa pagi yang begitu cerah ini aku dan Dimas selalu bermain bersama hingga menjelang sore hari. Dimas adalah sahabat sejatiku semasa aku kecil, aku rasa dia telah menemaniku di masa aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Pagi itu kira kira jam setengah 6, Dimas sudah membangunkanku dari tidur lelapku. Meskipun aku merasa jengkel kepadanya, tapi tak apalah lagipula aku juga sudah terlanjur bangun. Ia mengajaku bersepeda keliling kompleks perumahanku. Karena ban sepedaku sudah bocor sejak kemarin, Dimas pun memboncengku menggunakan sepedanya. Saat kami merasa lelah, kami pun berhenti sejenak untuk membeli minum. Karena saat itu aku lupa tidak membawa uang, akhirnya ia yang membayar minumanku. Setelah itu kami pun pulang.
Keesokan harinya tidak lupa aku pergi ke sekolah, kebetulan waktu itu aku satu Sekolah Dasar dengan Dimas, aku anak A dia anak C. Pagi itu cuaca mendung dan akhirnya pun hujan. Seperti biasa kalau cuaca sedang hujan aku selalu berangkat bersama Dimas dengan mobilnya. Di dalam mobil hanya ada aku, Dimas dan sopir yang selalu mengantarkannya kemana saja. Saat pulang sekolah aku bersyukur karena hujan sudah reda dan matahari kembali bersinar. Jadi aku tidak pulang dengan Dimas lagi.
Sore hari Dimas mengajaku ke toko buku untuk menemaninya, kali ini dia tidak diantar sopirnya, tapi ia naik sepeda. Karena kebetulan sepedaku bannya sudah tidak bocor lagi, aku pun ke toko buku dengan sepedaku sendiri. Setelah sampai tujuan, kami pun masuk ke dalam toko buku. Untung saja saat itu Dimas mengajakku ke toko buku, jadi aku bisa sekalian membeli komik kesukaanku. Aku pikir Dimas membeli buku pelajaran, ternyata dia juga membeli komik. Ini sebuah kebetulan juga, aku suka komik “Shinchan” dimas pun juga sangat suka komik itu. Setelah kejadian di toko buku itu, kini kami sering bertukar komik untuk dibaca.
Kebetulan bulan depan adalah hari ulang tahunnya, tepatnya bulan Desember. Aku bingung mau mengadonya apa, tapi sepintas dalam pikiranku aku mengingat kalau Dimas sempat bilang kalau dia ingin sekali punya bola basket. Aku pun berinisiatif untuk mengadonya sebuah bola basket. Satu hari sebelum hari ulang tahunnya, tidak lupa Dimas mengundangku di acara ulang tahunnya. Malam itu aku membeli kado ulang tahun Dimas, tak lupa kubungkus dengan indah dan rapi.
Keesokan harinya kebetulan hari Minggu. Dimas mengadakan acara ulang tahun kecil kecilan di rumahnya. Kebetulan rumah kami saling berhadapan, jadi tidak memerlukan banyak waktu untuk aku sampai ke rumahnya tepat waktu. Beberapa saat, acara pun dimulai orangtua Dimas mulai memberikan kue ulang tahun dan beberapa kado untuk Dimas, setelah peniupan lilin dan pengucapar harapan, acara terakhir pun dimulai, yaitu pemberian hadiah atau kado. Dengan senang hati dan penuh senyuman ceria aku memberikan kado untuk Dimas. Dia pun juga menerimanya dengan senang. Keesokan harinya setelah hari ulang tahunya, sepulang sekolah ia mengajakku untuk bermain basket di samping rumahnya, aku merasa senang karena dia suka dengan kado yang kuberikan padanya, Dimas juga mengucapkan banyak terimakasih atas kado yang kuberikan padanya.
Kebetulan Dimas sudah pintar bermain basket, aku pun merasa minder karena aku belum bisa bermain basket. Dimas pun mengajariku bermain bola basket, entah kenapa hatiku merasa senang sekali, saat diajarinya. Kini setiap sore aku belajar bermain basket kepada Dimas. Aku tau, sebentar lagi adalah tahun baru 2011. Aku, adikku, dan Dimas membeli petasan sebanyak banyaknya. Meskipun kami tau kalau petasan sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah, tapi tak apalah, itu juga hanya setahun sekali aku membeli petasan sebanyak itu. Tahun baru pun tiba, seperti biasa setiap tahun baru aku dan Dimas selalu insomnia, sebenarnya waktu itu adikku selalu ikut untuk merayakan tahun baru, tapi dia selalu ketiduran 3 jam sebelum pukul 00:00, aku pun memaklumi karena dia juga masih kecil. Akhirnya hanya Dimas, aku dan beberapa teman lainnya yang merayakan malam tahun baru.
Saat menunggu tengah malam kami pun membakar jagung dan bermain gitar agar tidak terlalu bosan menunggu pergantian malam. Setelah satu tahun berlalu kini aku pun menginjak kelas 4 SD. Aku merasa bahwa sedikit demi sedikit aku mulai dewasa. Besok adalah hari Minggu, seperti biasa setiap hari itu aku selalu melewatinya bersama Dimas. Jam 6 pagi aku sudah bangun, karena aku bersiap untuk berenang bersama Dimas. Kami mengajak adikku. Kami berangkat dengan sepeda, karena kolam renang tujuan kita dekat sekali dengan rumah. Seusai berenang kami sarapan di kantin kolam renang, dengan menu yang sama yaitu 3 mie goreng tidak pedas dengan telur dan sayur.
Setelah sarapan kami pun pulang. Sesampai di rumah ada berita buruk bagiku. Orang tua Dimas berkata kepada orangtuaku bahwa mereka akan pindah ke kota lain. Sedih sekali mendengar hal itu, aku tak bisa berkata sepatah kata pun, aku hanya bisa menangis. Dimas pun berusaha mengusap air mataku. Dan keesokan harinya adalah hari terakhir Dimas berada di Tulungagung, ia juga memberikan kenangan terakhir untukku. Aku tidak menyangka, Dimas begitu cepat meninggalkanku. Kini setiap hari Minggu aku tak lagi bersamanya, setiap malam tahun baru aku tak lagi merayakan bersamanya, aku rasa semua terasa sunyi kalau tak ada dia, mungkin kemarin adalah kado terakhirku untuk Dimas. Aku tidak akan pernah melupakan semua yang sudah aku lalui bersamanya.