Menentukan kriteria pasangan hidup


               
 
Dari judulx mungkin kalian menganggap kelihatan dewasa bgt atau kata lain tua(gak enak bgt kata tuanya), eeiitttsssssssss jgn salah dlw walaupun judulnya terasa msih belum penting-penting bgt bwt kita krna kbnyakan dri kita msih duduk di bangku kuliah or bahkan ada yang masih duduk dibangku SMA yang msih belum memikirkan terlalu jauh tentang namax pasangan hidup(kbnykan msih mmkirkan pcran dan lain sbgainya sssttt gk bleh suudzon). Tapi gak salahnya kan kita mengetahuinya sehingga dapat di jadikan pelajaran di lain waktu.
                Kebnyakan dri kita tentu ingin memiliki pasangan hidup selain yang sholeh kita pengen juga yang wajahnya enak dipandang, akhlaknya bagus, pendidikannya tinggi, wawasannya luas, dan sudah mapan ekonominya.”wajar donk………..!
            Mari kita renungkan sejenak disini Memiliki kriteria pasangan yang ideal boleh-boleh saja, supaya cocok terus selama pernikahan yang inginnya berlangsung sekali seumur hidup. Tapi ya kalau semua kriteria „diborong“, maksudnya jika dipatok terlalu ideal, jadinya menyulitkan diri sendiri. Jangan pernah berfikir akan mendapatkan sosok yang sempurna, karena secara kodrat setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika mengharapkan pendamping yang sempurna seharusnya kita juga sempurna, sesuatu yang tidak mungkin bukan? Jadi kita harus mau dan mampu untuk berlapang dada menerima kekurangan calon pasangan hidup karena pada saat yang sama dia juga akan bersabar dengan kekurangan yang kita miliki. Yang paling penting dia sholeh dan mapan pribadinya
            Berbicara tentang pasangan tentu tak luput dari yang namanya jodoh,pasti banyak yang bertanya sebenarnya jodoh itu harus diusahakan or hanya kita duduk diam dan jodoh akan datang kan kata orang jodoh tak kemana seperti peribahasa tak akan lari gunung dikejar apakah persepsi ini benarrrr,tentu kita tdak bisa menntukan itu bnar atau tidak karena itu semua akan kembali kpda kita sendiri.
Analogi soal jodoh adalah rezeki, keduanya adalah rahasia Allah untuk kita. Bedanya, rezeki bisa kita peroleh berkali-kali, sedangkan untuk jodoh tak sesering itu bahkan mungkin hanya sekali seumur hidup.
            Konsepnya, rezeki itu ada 2 macam, yaitu rezeki yang kita cari/usahakan dan yang mengejar/mendatangi kita. Kita sebagai manusia hidup, terutama para pemimpin rumah tangga, harus berusaha mencari rezeki yang halal, berkah, dan cukup untuk seluruh keluarga dan tanggungannya. Usahanya ini dinilai oleh Allah dan diberi pahala sebaik usahanya. Namun sebenarnya, rezeki yang datang kepadanya adalah rezeki yang sudah ditentukan Allah, apakah termasuk yang dia usahakan atau yang sama sekali tak dia usahakan. Jadi, dicari atau tidak, dikejar atau tidak, Insya Allah rezeki datang dengan jumlah sama dengan ketentuan Allah dari awal.
            Soal jodoh juga demikian, siapa, kapan dan di mana sudah pasti. Bagaimanapun usaha yang kita tempuh, apakah dengan cara yang baik atau mudharat, pasti akan bertemu dengan jodoh yang sudah dipilih-Nya. Jadi kesimpulannya, usaha manusia berguna untuk mengumpulkan poin pahala atau malah poin dosa, sedangkan urusan hasil adalah hak Allah semata. Jika demikian, maka bila kita tidak mengusahakan jodoh (dan rezeki) maka pahala yang kita kumpulkan tidak sebanyak jika kita usahakan secara ma’ruf (baik), namun keuntungannya kita bisa terhindar dari resiko berdosa jika usaha yang kita lakukan itu tidak baik