Kupersembahkan Cerita ini untuk aja Nabila

Wanda menghembuskan kepulan asap yang cukup tebal dari mulutnya, yang dia hisap dari benda putih kecil yang menemaninya satu tahun terakhir. Dia terpikir tentang kejadian enam bulan lalu, kesalahan yang amat besar ia lakukan, mungkin kesalahan yang tak termaafkan.


PLAKK!!
Sebuah tamparan jatuh di pipi gadis mungil berperawakan cantik. Aja Nabila namanya. Aja Nabila memegang bekas tamparan yang baru saja dilontarkan oleh Wanda. Laki-laki yang sudah ia pedulikan. Wanda kepergok olehnya sedang menggunakan Nark*ba jenis h*roin yang ia gunakan bersama teman-temannya. Karena Wanda malu dengan teman-temannya, akhirnya dia melontarkan tamparan tersebut.


“Seegois itukah kamu Da?” Tanya Aja Nabila menahan tangisnya, dadanya terasa sesak. “Seegois itukah kamu sama orang yang mempedulikan hidupmu? Apa aku salah peduli denganmu? Kamu orang yang cerdas, kamu tampan! Kenapa kamu sia-siakan itu semua?” Tanya Aja Nabila dengan suara serak. “Aku sayang sama kamu, tapi, rasa sayangku bukan perasaan cinta. Tapi perasaan sayangku karena aku peduli denganmu, jelaskan kenapa kamu egois seperti itu. JAWAB Da!!” Tegas Aja Nabila kembali sembari memukul dada Wanda, Wanda membiarkan Aja Nabila melakukan hal itu, lalu dia memegang kedua bahu Aja Nabila.

“Denger yah! Gue makasih banget lo udah peduli sama gue! Tapi, sayangnya gue gak perlu kepedulian lo itu! NGERTI! Dan satu hal lagi lo tahu apa tentang hidup gue hah? Lo gak tahu apa-apa! Dasar CEWEK SOTOY!!!” Ucap Wanda tanpa merasa bersalah. “Lo sayang sama gue? Gak salah? Orangtua gue aja gak peduli sama gue! Malah mereka hidup bahagia tanpa gue! Siapa lo yang ngaku-ngaku sayang sama gue? GUE GAK PEDULI!!” Lanjut Wanda dengan senyuman miris.

Mendengar perkataan Wanda tadi membuat Aja Nabila hancur, dia berlari menjauhi Wanda sambil memegang bekas tamparan tadi, pipinya mulai membengkak. Tekad Aja Nabila mulai saat itu dia tidak akan pernah mempedulikan Wanda lagi. Dan yang lebih penting dia tidak akan hadir lagi di kehidupan Wanda. Dan Aja Nabila pun memutuskan untuk pindah ke kota lain.


Wanda hisap kembali benda putih tersebut. Semenjak kejadian itu Aja Nabila tidak lagi mempedulikannya. Ada rasa senang sekaligus mengganjal di dalam hatinya. Ada yang hampa di dalam kehidupannya. Dia menyesal melakukan hal itu. Dia sadar, bahwa Aja Nabila satu-satunya perempuan yang mempedulikan kehidupannya. Dia bertekad mencari Aja Nabila di mana pun dia berada. “Aku harus menemukanmu Aja Nabila!” Lirih Wanda.” Maaf..” Lanjutnya dengan suara yang serak.

Pencarian pun dimulai, yang Wanda tahu Aja Nabila pindah ke Yogya. Dia mencari ke sana ke mari. Badannya mulai lelah dan dengan putus asa dia memutuskan untuk pergi ke pantai Parangtritis. Ketika sampai, pemandangan pantai itu berhasil menenangkan pikiran Wanda. Sejak enam bulan terakhir pikirannya kacau. Ia merentangkan tangannya, menutup kedua matanya. Mencoba merasakan hembusan angin. Ia mencoba menenangkan pikirannya.

“Pergilah..” bisiknya.

Dia merasa ada yang aneh dengan hatinya, perasaan yang sangat kuat. Dia mencoba membuka kedua matanya. Dia terbelalak dengan gadis yang ada di sana yang familiar baginya. Gadis itu juga sedang duduk di antara pasir-pasir putih, angin yang menerpa tubuh mungilnya berhasil membuatnya menawan. Dia sesekali tersenyum melihat ke arah pantai tersebut. “Ternyata kamu bahagia tanpa aku aja.” Gumam Wanda miris. Dan seketika dia melihat ke arah Wanda. Wanda tersentak, Aja Nabila melihat ke arahnya. Dengan wajah penuh ketakutan Aja Nabila berlari menjauhi Wanda.

“Aja Nabila Tunggu!!” Teriak Wanda yang dengan refleks mengejar Aja Nabila. Wanda mencoba meraih lengan Aja Nabila. Dan akhirnya tertangkap.
“Lepasin Da… Lepasin!!” Ronta Aja Nabila.
“Aja Nabila ku mohon dengarkan aku!” Pinta Wanda. Aja Nabila merasa ada yang aneh.
“Aku? Sejak kapan dia menggunakan kata-kata itu?” Batin Aja Nabila dan Aja Nabila mencoba menuruti permintaan Wanda.
“Aja… Aku minta maaf.” Ucap Wanda lirih. Tapi, Aja Nabila hanya diam. “Maafkan aku sudah menyia-nyiakan kepedulian kamu.” Pinta Wanda dengan nada sedih. Aja Nabila mulai muak dengan perkataan Wanda. Aja Nabila mencoba berlalu dari Wanda.

“Aja… Makasih sudah jadi mentari yang menghangatkan hati ini.” Ucap Wanda. Sejurus Aja Nabila berhenti. “aja… ku mohon maafkan aku aja, aku sakit!” Ucap Wanda kembali.
“Sakit?” Gumam Aja Nabila. Dia mencoba acuh pada Wanda dan mulai berjalan kembali menjauhi Wanda. Tapi dadanya terasa sesak. Dia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa.
“Aku sakit HIV.” Perkataan Wanda berhasil membuat Aja Nabila berhenti lagi. Aja Nabila mencoba menahan air matanya ke luar, mencoba menutup matanya tapi, air mata itu tetap mengalir dengan deras, sekali lagi dia tidak bisa acuh pada Wanda.

“aja…” Panggil Wanda lemah. Dan, “Brukkkk…” Wanda terjatuh dia memegangi kepalanya yang sakit. Aja Nabila langsung berhambur ke arah Wanda, air matanya terus mengalir deras. Dia mencoba memangku kepala Wanda.

“Wanda kamu kenapa? Apa yang sakit?” Tanya Aja Nabila cemas.
“Aku gak apa-apa!” Balas Wanda lemah.
“aja… Makasih sudah menjadi mentariku dan selamanya kamu akan menjadi mentariku.” Ucap Wanda.
“Maaf aku selalu menyusahkanmu dan selalu menangis karena perbuatanku..” Ucap Wanda tersenyum sambil menghapus air mata Aja Nabila.

“Udah yah! Jangan nangis lagi karena aku! Aku ini gak pantas kamu pedulikan.” Ucap Wanda tersenyum.
“Kamu ini ngomong apa?” Balas Aja Nabila serak dan karena omongan Wanda sudah tidak masuk akal. Dan akhirnya Wanda tidak sadarkan diri lagi. Aja Nabila panik dia mencoba menepuk pipi Wanda dan mengecek denyut nadi Wanda. Dan akhirnya Wanda sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tidak ada lagi Wanda yang ia pedulikan. Air mata Aja Nabila mengalir dengan deras. Dia menangis sekencang-kencangnya.

“WANDA…!!!” Teriak Aja Nabila.

Tamat